Takdir Kita

Share:
"Akhirnya, kamu mau menemuiku lagi."
"Karena aku Rahza, bukan wanita pengingkar janji."

 
Sore itu, aku menepati janjiku untuk menemui Lucky di sebuah danau tempat kami sering bertemu ketika dulu masih menjalin hubungan spesial. Tidak ada yang berubah dari danau ini. Airnya tetap bening terjaga. Ikan-ikan masih berenang dengan bahagia. Pepohonan masih tetap hijau dan rindang seperti sedia kala. Begitu pula dengan Lucky. Dia masih menungguku di ujung danau yang menghadap ke taman. Gaya berpakaian dan rambutnya masih tetap sama. Dan jaket yang ia kenakan itu masih selalu menghangatkan tubuhnya.

Lucky adalah laki-laki dari masa laluku yang masih selalu aku rindukan. Walau aku selalu me-munafik-an diriku sendiri dengan berpura-pura tak lagi mengingatnya. 3 tahun tidak bertemun dengannya membuatku benar-benar disiksa rindu akan wajah dan tatapan matanya. Hingga disuatu malam yang pekat, Lucky mengajakku bertemu besok sore di danau kenangan itu. Dan aku langsung meng-iya-kannya.

"Kenapa kau mengajakku bertemu? Bukankah kau sudah bahagia dan tak mau bertemu denganku lagi?"

"Jangan berpikir begitu, Ra. Aku tetap akan mengajakmu bertemu walau kita sudah tidak pacaran dan mempunyai kehidupan masing-masing. Aku tau siapa kamu. Aku tau bagaimana kamu. Kamu merindukan aku, kan?"

Ahh, sial! Kenapa dia menjebakku dengan pertanyaan macam itu? Aku yakin betul, dia pasti tau aku sangat merindukannya. Tapi untuk apa diperjelas dengan bertanya langsung padaku? Kalau aku bilang iya, dia pasti akan menertawakanku. Kalau aku bilang tidak, dia pasti akan bilang aku pembohong. Kau pasti masih sama menyebalkannya, Lucky.

"Jangan diam begitu. Baiklah, lupakan saja pertanyaanku tadi. Bagaimana kalau kita duduk di pinggir danau saja? Kau tidak capek berdiri berlama? Sekalian aku mau banyak bertanya tentang kehidupanmu sekarang. Boleh, kan? Heheh" - Lucky meleburkan lamunanku.
 
"Oke. Tapi kau harus janji tidak akan mengacaukan hidupku lagi."

Suasana danau sore ini sungguh tentram dan damai. Masih tercium bau basah sisa hujan tadi siang. Sepi, hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Tidak banyak juga pemancing yang biasanya setia di pinggir danau dengan alat pancingnya. Pedagang juga tidak ramai seperti biasanya. Hanya ada penjual es krim yang sedang diam dalam lamunan.

"Kau mau es krim?"
 
"Tidak! Aku hanya sedang memerhatikan pedagang itu. Kasihan. Dari tadi tidak ada seorangpun yang membeli dagangannya."
 
"Kenapa tidak kita beli saja es krimnya? Kau masih jadi pecinta es krim, kan? Tidak usah takut kedingan karena makan es krim sehabis hujan. Aku siap memelukmu jika memang kau kedinginan dan butuh pelukan."
 
Oh, Tuhan.... Setan mana yang tengah merasuk ke dalam tubuhnya? Bolehkah aku meminta agar kau stabilkan otaknya? Agar tidak keluar kata-kata mesra dari bibirnya. Karena ucapannya itu meluluhlantakan hatiku :3

"Aku tidak butuh pelukanmu!"
 
"Kau yakin? Aku hanya ingin memastikannya."
 
"Sangat yakin!" 
Ucapku sambil berjalan menuju penjual es krim. Lamunan diamnya berubah menjadi senyuman hangat yang ia persembahkan untukku dan lucky. Wajah penjual es krim itu sangat bahagia ketika melihat kedatangan kami membeli es krimnya. Turut bahagia ketika melihat senyum bahagianya. Ahh, padahal hanya mengeluarkan uang yang tak seberapa, tapi bisa membuat bapak penjual es krim begitu bahagia.


"Nih, es krim vanilla yang selalu jadi favoritmu."
Ucap Lucky sambil memberikan es padaku.
 
"Terima kasih."
Jawabku singkat.

Menikmati es krim vanilla di pinggir danau dengan hembusan mesra angin sore memang sudah menjadi kebiasaanku sejak  dulu. Bahkan setelah hubunganku dengan Lucky berakhir. Aku masih tetap menikmati sore dengan es krim vanilla. Tapi tidak di tempat ini.

"Aku akan menikah minggu depan." Lucky memecahkan keheningan dengan sebuah pelukan hangat ditubuhku.
 
"Hah? Kau tidak sedang bercanda, kan? Dengan siapa? Dengan mika?"
 
"Iya."
 
"Hubunganmu dengannya baru 1 tahun, kan? Kenapa ingin buru-buru menikahinya? Kau takut kehilangan dia? Lucky, perjalanan kita masih panjang. Bisa saja di ujung jalan kau bertemu dengan wanita lain lalu jatuh cinta lagi. Sama halnya dengan hubungan kita dulu. Yang tadinya baik-baik saja bisa hancur tak tersisa. Jangan terburu-buru mengambil keputusan!"

Lucky menatapku tajam. Setelah aku bicara panjang lebar, dia hanya diam membisu tanpa berkedip menatapku. Aku melihatnya, membalas tatapan matanya. Hingga akhirnya kami tenggelam dalam keheningan. Hanya hati yang bicara, namun tak bersuara. Hingga akhirnya Lucky bersuara, mengatakan yang sebenarnya.

"Aku sudah menghamili Mika. Kandungannya sudah 3 bulan. Aku ayah dari anak yang dikandungnya. Aku harus menikahinya, Ra."
***

Hanya tamparan terakhir di pipinya yang aku ingat sebelum aku meninggalkan lucky di taman sore itu. Aku benar-benar kehabisan kata, tak mampu lagi menjawab pernyataan Lucky yang ternyata telah menghamili kekasih barunya itu. Tak ada lagi yang aku ingat selain kalimat itu. Semua itu sungguh membuatku benar-benar merasakan sakit yang teramat sangat. Dan bertambah pula sakitnya ketika mengingat ucapan janji Lucky yang ingin nikah denganku.

"Lucky, kenapa kisah kita seperti ini? Seburuk inikah kenyataan yang harus aku terima? Aku tau, rasa kita masih sama. Masih ada rasa cinta antara kita berdua. Tapi kenapa takdir tak pernah berpihak pada kita? Ahh, ada apa dengan takdir kita? "




Hanya sebuah kata tak bermakna.
By: Nurri~



Baca cerita selanjutnya

36 comments:

  1. Ah.. Tapi bersyukur deh Lucky bukan yang terbaik untuk Rahza.. Meskipun Rahzanya masih keliatan ngarep sih.. Fiksi yang keren! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap, mungkin itu takdir yg terbaik!
      Hihii. Terima kasih:)

      Delete
    2. Halooo, Kak! Mau ikut jelajah Kalimantan GRATIS & dapetin MacBook Pro? Ikuti lomba blog "Terios 7 Wonders, Borneo Wild Adventure" di http://bit.ly/terios7wonders2015

      Jangan sampai ketinggalan, ya!

      Delete
  2. Waaah.. keren banget... Aku suka! Dari dulu niat nulis fiksi sebagus ini tapi berakhir acak-acakan.. XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehhe.. Terima kasih. Ini blm apa-apa, kok. Msh bnyk kekurangannya.
      Semangat dan belajar trus, kak!:)

      Delete
  3. janji tinggal janji, karena waktu berkata lain. keren nih mbak :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Janji tinggalah janji~
      Iya, kak! Lebih baik mengikhlaskannya. Hehhe
      Terima kasih :)

      Delete
  4. Haduh,,, kenapa lelali dengan begitu mudahnya menghamili seorang wanita sih. Apa gara-gara si wanita yang begitu mudah kena rayuan laki-laki?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebagai laki-laki, harusnya km bisa jawab sendiri, mas. Hahha
      Godaan setan, itu penyebab utamanya. Wkwkkw

      Delete
  5. Itu jangan2 kisahmu beneran nuy >.< itu danau kog bisa keren gitu. Semacam danau toba gitu apa ya? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidaakkk!!! Itu bukan kisahku! Hahhaaa
      Iya, keren dongsss. Itu tempat favorit aku ngegalau *ehh..
      Danau toba versi Jakarta, ya? Hahha

      Delete
  6. Bagus nih, btw ini kisahmu ya mbak? haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidaakk.....
      Bukan kisah aku, Mas! Hahaha

      Delete
    2. kalo pun pengalaman pribadi juga gakpapa nur haha

      Delete
  7. ceritanya keren,sepertinya pengalaman pribadi :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih!
      ahh, sungguh, ini bukan cerita pribadiku, ya. Hihihi

      Delete
  8. Mbak saya suka gaya tulisannya :D kereeeen!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih.
      Insha allah saya akan membuat yang lebih bagus dari ini :D

      Delete
  9. ceritanya bagus 1& 2 nya..
    btw itu Rahzanya msh blm bisa move on? boleh tuh kenalin ke gue. wkwkwkwk
    #Blogwalking

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahhaah...
      iya, tuh, dia belum bisa move on.
      ohh, mau kenalan? silakan diajak kenalan. :D

      Delete
  10. ending cerita yang tragis, ini kayak curhatan kamu, atau jangan-jangan memang ceritamu sendiri ya,,, hahah salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tragis? masa sih? hihihi..
      Ahh, bukan, kok!
      Insha allah tidak ada cerita begitu dalam hidupku :D

      Delete
  11. es krimmm vanilanya bikin gagal fokus

    ReplyDelete
    Replies
    1. cieeee, suka es krim vanila jugga, ya, mba? :))

      Delete
  12. Jangan2 ini kisah nyata mba:)
    Kren lho ceritanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih~
      Bukan, bukan.... Ini bukan ceritaku. Sungguh! :D

      Delete
  13. ceritanya bagus mbak,ini bukan fiksi kali mbak kisah nyata ya :D

    ReplyDelete
  14. Gimana hancurnya itu hati si cewek tatkala tahu bahwa dia baru saja kena tamparan php

    ReplyDelete
  15. suka dgn kalimat ini hehe "Tidak usah takut kedingan karena makan es krim sehabis hujan. Aku siap memelukmu jika memang kau kedinginan dan butuh pelukan"
    mampir~
    https://aksarasenandika.wordpress.com/2015/07/12/buat-bapak-semua-hanya-masalah-waktu/

    ReplyDelete
  16. Kisah fiksi atau nyata nih mbak?? Allah Swt beri ruang kita untuk pilih jalan hidup..kalau jalan hidup dituntun dengan wahyuNya, insya allah kejadian seperti itu nggak akan terjadi

    ReplyDelete
  17. Terharu banget bacanya mbak... memang udah takdirnya mbak....

    ReplyDelete
  18. wah , memang Lucky bukan pria baik untuknya

    ReplyDelete
  19. Cerpennya bagus mbak. Jadi merasa tertantang buat bikin cerpen yang lbh bagus :).


    salam kenal

    ReplyDelete
  20. wah, sekarang sudah pandai menulis fiksi nuri, sukses terus yaaaa

    ReplyDelete
  21. Keren kak fiksinya :) Semangat dan jangan pantang menyerang. TErus lanjutkan, semoga sukses selalu. Aamiin ...:)

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^