Bukan Mempersulit, Katanya.

Share:
"Puskesmas Bukan Mau Mempersulit." begitu kalimat yang beberapa kali diucap laki-laki itu padaku.
Hari Senin, 21 September 2015, saya datang ke Puskesmas yang berada tidak jauh dari rumah untuk berobat mata dan minta rujukan ke rumah sakit. Setelah nomor antrian dipanggil, dokter memeriksa mata saya dan mengiyakan permintaan saya agar dirujuk ke RS.
Sembari surat itu diurus, saya disuruh menunggu diruang tunggu. Dan lima menit kemudian, saya dipanggil ke dalam ruangan petugas Puskesmas.

Saya dihadapkan ke layar komputer yang memerlihatkan data BPJS. Petugas puskesmas yang saya tau bernama ARY -bukan nama sebenarnya- menjelaskan kalau status BPJS saya ada "merahnya" karena nunggak, belum membayar iuran sebesar RP. 242.760,-
Jadi, Puskesmas tidak bisa memberikan surat rujukan.

Beliau juga menjelaskan, Puskesmas bukan mau mempersulit. Karena kenyataannya memang masih tertulis adanya tunggakan pembayaran. Jadi tidak bisa memberikan surat rujukan.


Oke. Sebelumnya saya memang menunggak iuran BPJS. Tapi sudah saya lunasi pada hari Jumat, 18 September 2015. Namun ternyata status pembayarannya belum berubah.

Pak Ary menyarankan agar saya menyelesaikan masalah ini dengan pihak BPJS. Jika sudah, maka hubungi puskesmas lagi. Setelah itu, surat baru bisa diberikan.

Saya diberikan nomor Whats App  Pak Ary agar memudahkan komunikasi. Karena saya harus bekerja, tidak bisa bebas datang dan pergi ke Puskesmas.

Terkait masalah ini, Pak Ary  berkali-kali menjelaskan kepada saya bahwa Puskesmas bukan mau mempersulit. Dan saya pun bilang,  "Iya, saya memahami itu, Pak!"

Percuma juga kalau saya memaksa. Karena jika saya diberi surat rujukan, RS tidak akan menerima. Karena nama saya tidak akan "keluar". Begitu ucap Pak Ary.
FYI: Saya nunggak iuran BPJS bukan karena lupa atau malas bayar. Tapi karena sebelumnya BPJS saya bermasalah dan tidak bisa digunakan. Jadi saya pikir tidak perlu melanjutkan pembayaran iuran BPJS. Namun ternyata, tiba-tiba saya mendapat pemberitahuan kalau BPJS saya sudah nunggak  3 bulan. Dan setelah mengetahui itu, saya langsung membayar LUNAS melalui Bank BNI.
Sesampainya di kantor, saya langsung menghubungi pihak BPJS menjelaskan masalah Dan jawaban dari mereka adalah status pembayaran memang baru bisa berubah setelah 3x24 jam. Namun, dengan demikian, BPJS saya sudah berstatus aktif dan bisa digunakan.  Pihak BPJS menyarankan saya agar menunjukkan bukti pembayaran lunas ke pihak Puskesmas. Dengan begitu, pihak puskesmas akan memberikan surat rujukan.

Dan saya pun melakukan itu..

Saya menghubungi petugas Puskesmas itu, menjelaskan kalau BPJS mengatakan bahwa kartu BPJS saya berstatus aktif dan bisa digunakan, serta menunjukkan bukti pembayaran. Namun pihak Puskesmas masih tidak mau memberikan surat rujukan itu. Pokonya, dia baru mau memberikan surat rujukan kalau status  pembayaran saya sudah berubah lunas dan tidak ada tunggakan.

Saya berusaha menjelaskan kembali kalau saya memang sudah melakukan pembayatan dan pihak BPJS juga bilang kalau BPJS saya berstatus aktif dan bisa digunakan. LALU KENAPA GAK MAU MEMBERIKAN SURAT RUJUKAN?

*Dan intinya, pihak Puskesmas itu tetap kekeuh tidak mau memberikan surat rujukan.

Okelah. saya mengalah.  Dan akhirnya saya memilih menunggu 3x24 jam.


Selasa, 22 September 2015.
Saudara saya hendak mengunjungi Puskesmas untuk berobat anaknya. Tapi, dia datang ke Puskesmas yang berbeda. Dan saya menitip pesan kepada saudara saya itu untuk menanyakan masalah saya ke Puskesmas yang akan dia datangi. Saya hanya ingin tau bagaimana kebijakan Puskesmas tersebut.

Setelah ditanyakan, saudara bilang kalau di Puskesmas itu akan memberikan  surat rujukan. Karena setelah di cek, sstatus BPJS saya aktif dan pembayaran memang sudah dilakukan.
Dan seharusnya, saya pun bisa mendapat surat rujukan. Tapikan........ Okelah, cukup tau!


Rabu, 23 September 2015.
Sudah terhitung 3x24 jam setelah saya melakukan pembayaran BPJS. Dan hari itu, saya kembali menghubungi pihak Puskesmas. 

"Pagi, Pak. BPJS sy sdh bisa blm, ya?"

Beberapa menit kemudian, pihak Puskesmas itu mengirim sebuah gambar dan kalimat, "Masih ada huruf merahnya, terima kasih"

Intinya lagi, puskesmas masih tidak mau memberikan surat rujukan.

Saya jadi kesal!
TERUS GUE HARUS NUNGGU SAMPAI KAPAN? *Dalam hati ngomel sendiri

Saya juga agak bingung. Kok sekarang nominalnya berubah menjadi RP. 1.190? Padahal tunggakan yang kemarin adalah dua ratus empat puluh dua sekian rupiah. 

Dan lagi, saya menghubungi pihak BPJS lagi.

Saya tekan 1500400 melalui ponsel, dan seorang laki-laki yang saya lupa namanya menjawab panggilan saya.  Kebetulan nih yang jawab teleponnya cowok. Jadi bisa curhat panjang lebar atau mungkin bisa dijadiin pacar.

Saya menceritakan masalah saya dari awal sampai akhir. Dan laki-laki itu mendengarkan dengan hikmat. Hingga akhirnya saya diberi solusi untuk datang kembali ke Puskesmas tersebut. Jika Puskesmas masih tidak mau memberikan surat rujukan, maka saya harus segera menghubungi BPJS dan nanti pihak BPJS yang akan menjelaskan ke puskesmas tersebut.

Okelah... Saya harus memang harus datang ke Puskesmas menyelesaikan masalah ini. Saya tidak mau digantung dan menunggu sesuatu yang gak jelas kayak gini.


Jumat, 19 September 2015.
Sebelum berangkat kerja, saya kembali datang ke Puskesmas itu. Tanpa basa-basi, saya langsung menghampiri penjaga loket pendaftaran yang berada di teras kemudian bilang ingin meminta rujukan. Kartu berobat dan BPJS saya berikan. Dan seperti biasa, saya harus menunggu.

Hampir 15 menit menunggu, saya dipanggil ke depan dan diberi nomor antrian.
"Jadi saya harus nunggu antrian lagi kayak berobat biasa, Pak?"

Penjaga loket itu menggangguk, "Iya."

Hmm........

Menunggu lagi di dalam ruangan Puskesmas.
Tiba-tiba saya dipanggil ke dalam ruangan petugas Puskesmas.

"Masih ada tanda merahnya, Mbak. Kemarin sudah diselesaikan belum? Sudah bayar iurannya? Sudah hubungi BPJS?" ucap petugas Puskesmas itu.

"Saya sudah berkali-kali hubungi BPJS. Sayakan memang sudah bayar.   BPJS bilang kartu saya aktif dan bisa digunakan! Yaudah, saya hubungi BPJS lagi aja ya, Pak." Jelas saya sambil berlalu ke luar ruangan.

Setelah telepon tersambung ke hotline BPJS, saya menjelaskan kembali dari awal sampai akhir dan to the point meminta mbak-mbak BPJS itu berbicara langsung dengan petugas Puskesmas. Dan beliau mengiyakannya.

Saya kembali masuk ke dalam ruangan itu dan memberikan ponsel ke Pak Ary agar dia yang berbicara dengan pihak BPJS.

Entah apa yang diucapkan pihak BPJS itu.  saya hanya mendengar petugas Puskesmas itu bilang "iya-iya-iya".

Setelah selesai dengan pembicaraan di telepon, Pak Ary memberikan ponsel saya dan menutup telepon dengan BPJS.

"Bagaimana, Pak? Jadi bisa surat rujukannya?"

"Ohiya nih, Mbak. Bisa."

YA IYALAH!!! KAN DARI KEMARIN JUGA GUE BILANG, SAYA SUDAH BAYAR TUNGGAKANNYA, DAN KARTU BPJS SAYA JUGA AKTIF,  BISA DIGUNAKAN. TAPI BAPAK MALAH TETAP KEKEUH GAK MAU NGASIH. *kata setan dalam hati*


Setelah menunggu lagi, akhirnya saya bisa mendapatkan surat rujukan itu.
***
Hmm...... Entah kenapa masih suka terniang dengan kata "bukan mempersulit" yang dia ucapkan berkali-kali.
Iyap... Mungkin maksud Puskesmas memang bukan mau memersulit saya mendapatkan surat rujukan itu, hanya saja.......................................................... *sila isi sendiri :D
Ahh, yaa... Setelah mengalami kejadian ini, saya hanya bisa berharap agar pemerintah lebih menggalakkan lagi peraturan atau ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai JKN supaya tidak ada lagi perbedaan pemahaman antara Puskesmas dan BPJS. 
Dan termasuk saya dan peserta BPJS/JKN lainnya juga.

*NB
Mohon maaf jika ada salah penulisan kata. Hanya sekedar ingin berbagi cerita dan mengeluarkan unek-unek yang ada didalam hati. Tapi bukan hati yang kesepian






Sekian dan terima kasih sayang,


Nurri


Jakarta, 28 September 2015,  09:09 PM

26 comments:

  1. Hmmm.. rada susah sih ya kalo bergantung ke pemerintah. dari dulu aku blm pernah pake bpjs sih, sebelum kerja aku lebih milih mandiri, bayar dewe, pas kerja ditanggu kantor, skrng juga ikut suami meski ada bpjs, entah knp aku males ngurusnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, gitu deh ya.. Huhuuhu...
      Makanya berdoa agar selalu sehat.

      Aku BPJS mandiri ini, Mbak Yu....

      Delete
  2. Alhamdulillah jarang sakit. Lagian kalo pas sakit lebih milih banyak istirahat daripada harus ke puskesmas atau RS. Wakaka. Ribet amat dah itu. Btw, mereka itu tidak memersulit? Iya, tapi mempersulit! :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhahaa... Iya, Yog.. Kurang P. Hhahaha :v

      Delete
  3. Sekarang udah nggak musim ya pake kartu jamkesmas udah musimnya pake bpjs. Tapi kalau sakit saya nggak suka ke dokter malah takut wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih. kadang diadnosanya dokter itu mengerikan. Huahaah

      Delete
  4. Bukan mempersulit disini mungkin maksudnya tidak mau mempersulit dirinya sendiri

    Seharusnya pihak puskesmas yg menghubungi pihak bpjs, kan mereka yg melakukan kerjasama. Dengan menunjukkan bukti pembayaran saja itu sudah lebih dari cukup

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap benar...
      Seharusnya dia juga menghubungi BPJS, biar tau mana yang salah dan mana yang benar.
      Tapi ya gitu... Ahh, mungkin dia sayang pulsa, Mas, Haha

      Delete
  5. Waaa sengaja itu, biar mas nya dihubungi terus sama dirimu mbak Nuy.. Cie cie cie cie :p

    ReplyDelete
  6. Sebenernya sistemnya memang harus dibenahi nih,, saya juga mengalami hal serupa :D,,, tapiii yahhhhh mau gimn lagi namanya kalo berhubungan dengan sistem pemerintah ... RIBET

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huahahha...
      Sabar ajalah, Mas...
      Doakan semoga masalah ini bisa terselesaikan.

      Delete
  7. Aku selama ini belom pernah kupake bpjsnya, paling pake asuransi kantor atau tunai krn akan kebayang seperti ini ribetnya. Apalagi biasanya petugas kantor pemerintahan atau fasilitas publik, yah you know lah cara kerja mereka...

    ReplyDelete
  8. Ya gitu deh, kerjasama yg belum harmonis. Ada aja puskesmas yg merasa BPJS mau enak sendiri shg males berkoordinasi. Tp susah juga sih sistem terpadu kalau software-nya belum siap, updatenya nggak cepet. Aku ngalah aja, langsung ke BPJS ngantri panjang kalau ada apa2 utk memastikan masalahnya benar2 selesai, nggak pakai hotline. Mungkin ntar bertahun-tahun yad kalau sdh lancar kyk hotline bank, baru deh pake hotline.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waahh, aku juga sebenarnya pngn lngsung ke kantor BPJS-nya. Tapikan gimana, ya.. Aku kerja, jadi gak bebas pergi-pergi. huhuhu

      Delete
  9. yang punya BPJS cuman bpk saya doang :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waahh, saya kira BPJS dimiliki semua orang. Hehhe

      Delete
  10. Perjuangan yang amat panjang ya, Nuy.

    Aku sih sekeluarga ditanggung asuransi kantor bapake, tapi kayaknya sekarang juga udah mulai beralih ke BPJS. Alhamdulillah selalu sehat (dan semoga selalu demikian, aamiin), jadi belum pernah ngalamin hal-hal yang ribet banget kayak gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin,, amin...
      Jaga kesehatan jangan sampai sakit deh pokoknya. :)

      Delete
  11. ALhamdulillah bisa mengunjungi webnya nurri,, syukron atas link webnya di wa ya nur :)
    Bikin rumah sakit sendiri aja nur biar ga ribet urus BPJS nya :D

    Oh ya sudah di follow ya blognya :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, itu...
      Banttu aku bikin rumah sakit deh, yuk. huhauahua

      Delete
  12. waduh ribet juga yak :( ampe dipersulit gitu.
    baek2 Nur, jaga kesehatan. banyak2 minum air putih. Alhamdulillah kalo dah dpt surat rujukan. cepet sembuh nur

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amiinn..
      Terima kasih Kak Salam..
      Ya semoga gak ngalamin lagi, deh. Cukup pertama dan terakhir. Ihihi

      Delete
  13. wah, belum pernah pake bpjs nih, tapi sebel juga kalau lagi sakit malah dipersulit :|

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^