Tentang Lelakiku

Share:

Ibu selalu mengajarkan anak-anaknya untuk saling menyayangi dan mengasihi. Saling membantu dikala susah, bersama dikala senang, dan berkumpul untuk sebuah kebahagiaan. Begitu pun dengan kesopanan. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda. Tidak semena-mena, tidak bertengar, tidak perhitungan dan tidak boleh saling melupakan.

Peranku di rumah adalah sebagai anak, sebagai adik, sekaligus sebagai kakak dari seorang adik laki-laki yang kini berusia 13 tahun. Ia lahir ke dunia pada 6 September 2002, ketika usiaku menginjak 7 tahun.

Namanya, Ilham Jaya. Aku dan keluargaku biasa memanggilnya Aa.
Aa yang artinya Kakak Laki-laki dalam bahasa Sunda ini tidak berlaku padanya. Ya, karena dia bukanlah seorang kakak, melainkan anak laki-laki terakhir yang terlahir dari rahim ibu. Kebiasaan waktu kecil lah yang akhirnya membuat kami terbiasa dengan sebutan Aa.

Ia juga memanggilku dengan sebutan yang berbeda. Iyang, panggilan yang bermula ketika ia tak bisa mengucap namaku. "Iyang" itu apa? Anggap saja Sayang.

Kini, Adikku tumbuh menjadi laki-laki yang sedikit manja. Terutama pada Ibu dan kedua kakak perempuannya yang ada di rumah. Mungkin karena anak terakhir kali, ya? Tapi tubuhnya lebih besar dari kakak perempuannya. Tidak fasih mengucap huruf R, juga tidak tumbuh aktif dalam pelajaran seperti kakak-kakaknya. Ia pernah tinggal kelas karena dianggap "masih kurang". Tidak jarang juga ia membuatku kesal dalam segala hal. Tapi seiring berjalannya waktu, ia sudah berubah menjadi yang lebih baik.

Aku begitu meyayanginya. Begitupun dia. Itu terlihat bagaimana dia mengingatku, memerhatikanku dalam kondisi apapun. Pernah suatu ketika Ibu membeli kue cucur kesukaanku di saat aku tidak ada di rumah. Dengan penuh perhatian, dia mengingatkan ibu untuk menyimpan atau menyisakan kue cucur itu untukku. Dia juga yang selalu khawatit ketika aku pulang larut malam. "Kemana sih, yang? Pulangnya malem banget. Tar sakit aja." begitu katanya ketika membukaan pintu saat aku pulang.

Ia juga yang selalu ingin ikut saat aku hendak berpergian. "Mau kemana, yang? Aa ikut dong!"
Ahh, ingin sekali rasanya mengajak dia kemana pun aku pergi. Mengenalkan duniaku padanya, agar kelak ia bisa menjadi sepertiku. Bahkan yang lebih baik lagi.

Namun terkadang kondisi tidak memungkinkan. Keadaan dia yang "cepat sakit" juga membuatku tidak bisa bebas mengajaknya jalan-jalan. Juga dari Ibu yang jarang memberi izin ketika aku ingin mengajaknya pergi.

Sejak lahir, dia mempunyai masalah dengan pencernaan dan membuatnya tidak boleh terlalu lelah. Kalau sudah kelelahan, maka perutnya akan sakit. Ya, sakitnya hampir sama sepertiku, tidak jauh dari masalah perut.

Cita-citanya adalah menjadi pesepak bola. Cita-cita yang bertolak belakang dengan keadaannya. Tapi aku tidak mau melarang. Biarlah dia melakukan apa yang dia suka. "Dilarang itu tidak enak" , apalagi menyangkut keinginan dan cita-cita. Selama dia bisa melakukannya dan bisa menjaga kesehatannya, aku selalu mendukung apa yang ingin dia lakukan. Jujur, aku adalah tipikal kakak yang selalu ingin menuruti keinginannya. Tentu dengan catatan keinginan itu baik dan bisa aku wujudkan.
***

Duhai adikku, aku ingin kau tumbuh menjadi laki-laki sholeh yang tidak pernah melupakan Ibu, Bapak, Kakak dan semua keluargamu.. Jaga selalu kejujuran, tanggung jawab, juga agamamu. Jadilah seorang imam yang sholeh untuk anak dan istrimu kelak. Jadilah juga seorang adik laki-laki yang bisa membela keluargamu kelak. Buat masa depanmu menjadi lebih indah dari yang kau bayangkan sebelumnya. Raihlah cita-cita yang bisa membuatmu bahagia. 

Aku, Ibu, Bapak, Kakak dan semua keluarga selalu mendoakanmu, kelak kau menjadi seorang lak-laki sholeh yang berguna untuk keluarga, agama, nusa dan bangsa.





Jakarta, 6 November 2015
Di bawah langit Sudirman

9 comments:

  1. jadi kangen adek di rumah :(

    ReplyDelete
  2. Senangnya kakak adik saling meyayangi :)

    ReplyDelete
  3. Adeknya masih seumuran kek aku ya, kak...

    ReplyDelete
  4. Tipikal anak terakhir kali ya? kelihatan manja, tapi justru paling protektif dan peduli dg keluarganya :-D

    ReplyDelete
  5. Nggak mirip, ya, kak. Hahaha. Gapapa, sih. Aku juga sama mamas-mamasku nggak ada yang mirip. Beda-bedaa. :D

    Adiknya perhatian banget. Aa - Yang. Hampir baper bacanya. Ahahha.

    Kirain tentang someone yang akan menjadi teman hidup. Ternyata bukan... Aku tertipu oleh judul~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, dong..
      sengaja bikin judul kek gitu supaya terkesan mendalam. Wkwkkw
      Ya, semoga akan selamaya di seperti itu. Hehhe

      Delete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^