Tentang Beban dan Berat Badan

Share:
Beberapa hari ini, ada sesuatu yang sangat mengganggu pikiranku. Dia benar-benar seperti hantu yang muncul setiap waktu dan sukses mengganggu tidurku. Eh, tunggu... Ini bukan pikiran soal jodoh atau kejombloanku. Bukan juga tentang mantan yang udah punya pacar baru. Tapi ini sebuah keresahan Tentang Beban dan Berat Badan.



***
Kamis pagi, aku bertemu dengan mantan teman yang sudah lama sekali tidak aku jumpai. Pertama kali melihatnya, aku sungguh kaget tak menyangka. Ada perubahan nyata yang terjadi pada dirinya. Perubahan yang menyimpan pertanyaan.

"Gemuk banget Lo sekarang?" ucapku dengan nada bercanda.

"Iya dong. Masa mau kurus terus. Nurri kapan gemuknya? Makan dong yang banyak! Itu badan udah kurus banget tinggal tulang doang." jawabnya dengan nada serius.

Jleb banget, yak! Masa gue dibilang cuma tulang doang? Hfff..... *Oke sabar, kenyataan emang nyerempet kek gitu sih. wkwkwk :v

Perubahan berat badan? Dia udah gemuk dan aku masih kurus? Iya!
Postur tubuh temanku ini kini berubah. Dulu, terakhir melihatnya, tubuhnya masih ideal. Tidak gemuk, juga tidak kurus. Tapi sekarang? Gemuknya udah kayak bapak yang punya anak satu. Fix, mungkin dia dibahagiain terus sama istrinya!
*Eh, emang dia udah nikah? Kan belum, yak? *oke, abaikan :v

Setelah bertemu dengannya, menjelang sore aku membuat janji lagi bertemu dengan temanku dan mantanku yang baru datang dari Kepualan Seribu.
Namanya Ka Dil Sudah lama juga aku tidak bertemu dengannya. Temanku yang baru datang dari Pulau ini juga gak mau kalah dengan teman yang kutemui tadi pagi. Ya, apalagi kalau bukan bertambah berat badannya.

Tapi keadaan ini berbanding tebalik ketika melihat temanku Uli yang kedatangannya menyusul setelah Ka Dil. Pertemuan kali ini, dia malah terlihat kurus.

Aku, Uli dan Ka Dil, ditemani es krim McFlurry  mengawali obrolan tentang berat badan.

U : "Sekarang gemuk banget Lo, Ka."
K : "Nah, Uli kenapa sekarang kurusan?"
U : "Gak tau deh, Ka. Lagi banyak pikiran sekarang, makanya jadi kurus gini kali."
K : "Kenapa banyak pikiran? Itu badan tadinya gemuk bisa jadi kurus gitu."
U : "Ya, namanya juga manusia. Bisa gemuk, bisa kurus. Banyak tugas kuliah juga, jadinya stres, nih."
*Aku hanya diam menyimak*

Sore berganti malam. Obrolan selesai dan kami bergegas pulang ke rumah masing-masing. Dari obrolan tadi, dapat disimpulkan kalau kurusnya temanku Uli ini karena lagi banyak pikiran tugas kuliah dan hubungan dengan pacarnya lagi rengggang.. *Ehh..

Baca juga : 3 Hal Menyebalkan Saat Pulang Kerja

3 hari berlalu. Minggu, 27 Desember 2015 aku berkumpul lagi dengan teman-teman lamaku. Kali ini aku bertemu dengan teman SMP-ku. Fenomenanya masih tetap sama. Ada beberapa temanku yang sekarang terlihat berbeda dengan berat badan yang bertambah.

"Iyalah, gw bahagia makanya gemukan." Jawaban sederhana yang keluar dari bibirnya ketika ditanya soal kegemukannya.
***
Setelah pertemuan itu, aku benar-benar merasa dapat tamparan tentang berat badan.
Gak gemuk? Kurus? Berarti gak bahagia? Seketika setan berat badan merasuk dalam pikiranku.

Setan baik  : "Aku bahagia, kok. Walau pun jomblo kek gini, aku amat sangat menikmati hidupku"
Setan jahat : "Tapi kok kamu gak gemuk? Kan temanmu itu gemuk karena dia bahagia."
Setan baik  : "Tapi aku bener bahagia, kok!"
Setan jahat : "Tapi kamu kurus, berarti kamu gak bahagia!"

Setan baik  : "Tapi aku bahagia! Kan aku yang merasakan hidupku, bukannya kamu."
*Kemudian mereka bertengkar di lapangan*

Eh, jujur aja sih. Sebelumnya aku gak pernah memikirkan tentang tubuh yang gemuk atau kurus. Sesungguhnya aku cuek dan tidak pernah peduli dengan ucapan orang tentang berat badanku. Dikasih gemuk ya syukur. Dikasih kurus juga yaterima aja. Toh, bagaimanapun kita, yang penting sehat kan?!

Eh, sehat? Emang dirimu merasa sehat? Masih inget kalau minggu lalu abis check up ke Rumah Sakit? Jadi kamu sehat? Eh,gimana deh? :(

Ohiya! :(
Okeoke.. Ini memang ada yang salah. Aku akui keadaanku ini emang gampang sakit. Ya, udah kurus, trus gampang sakit, trus jomblo juga! Duhhh.. :(  *abaikan

Aku baru menyadari kalau pola makanku yang kurang baik dan beban pikiran yang aku punya mungkin memang jadi penghambat kesehatan dan berat badanku. Iya, aku sadari itu.

Dari pertemuanku dengan teman-temanku itu, aku jadi menyimpulkan bahwa kebahagiaan memang berpengaruh dengan berat badan. Karena pada kenyataannya, yang dikatakan mereka adalah benar. Sakit dan berat badan yang tidak kunjung naik memang disebabkan oleh beberapa fakor. Diantaranya, pola makan yang tidak baik dan juga faktor kebahagiaan. Kebahagiaan yang diartikan di sini adalah tidak memikirkan hal-hal negatif yang akhirnya menjadi beban pikiran.

Dan mulai detik ini, aku bersikeras untuk peduli, memperbaiki diri dan mengubah pola makanku menjadi baik dan lebih baik lagi. Juga tidak lupa memusnahkan hal-hal negatif yang sering bersarang di dalam hati dan pikiranku. Bukan untuk gemuk, tapi untuk menjadi wanita yang lebih bahagia juga sehat jiwa dan raga. :))

5 comments:

  1. Kalau saya porsi makan sama dari dulu sampai sekarang, tapi tambah gemuk. Sampek istri juga protes, jangan gemuk-gemuk katanya. Lha padahal tiap minggu juga sepedaan tapi ndak kurus-kurus hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Porsi makanku juga sama, Mas.. Malah sekarang bnyk ngemil. Tapi ya nganu.. Masih segini aja. Hahha...

      Wah, istrinya berarti suka yg ideal aja. :D

      Delete
  2. Makan gorengan yabg banyak aja mbak. Jurus ampuh buat naikin BB nih *versi saya hhh

    ReplyDelete
  3. Waduhh.. Makan gorengan trus gak baik, Mbak. :v

    ReplyDelete
  4. Aku juga heran kenapa badan kurus selalu disambung-sambungin sama kebahagiaan.
    Aku bahagia dan aku kurus.
    Aku makan bisa 4 piring nasi penuh perhari tapi aku kurus.
    Dan aku benar-benar bebas dari pikiran/beban dan aku kurus.
    Terus salah siapa coba? Salahku? Salah Pak RT? Salah Pak RW? Hah?


    *ceritanya baca sambil baper*

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^