Saksi Bisu Hijabku

Share:
Assalamuallaikum, Sahabat!~

nurlianasyaf.com, adalah blog pribadi yang sengaja kubuat untuk tempat aku menulis cerita tetang kehidupanku yang kelak akan aku baca kembali saat aku ingin membacanya, juga bertujuan agar tersimpan rapi masa depan nanti. Aku ingin menulis semuanya tentang kenangan atau moment yang tak ingin aku lupakan. Karena aku sadar, aku tak bisa mengingat semua momen berharga jika hanya mengandalkan ingatan kepala karena sesungguhnya aku adalah pelupa.

Sumber: Google
Salah satu adalah momen yang ingin sekali aku abadikan di blog ini adalah perubahan ketika aku menggunakan hijab. Sebenarnya sudah lama sekali aku ingin menulis ini. Aku sudah mulai membuat draft satu tahun lalu. Tapi karena satu dan banyak hal lainnya, aku baru bisa menulis sekarang. Dan di saat yang bersamaan pula temanku, @UniDzalika sedang mengadakan lomba blog #DareToSHare tentang Hijab. Sekali mendayung, satu dua pulau ingin kulampai. Muhehehe...

Aku adalah satu dari sekian banyak wanita yang pernah "meragukan" hijab sebagai perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan. Karena katanya, hijab itu seperti beban yang merugikan. Hijab itu seperti penghalang dalam kehidupan. Tapi ternyata aku salah. Semua tuduhan buruk tentang hijab adalah sebuah keegoisan. Nyatanya, hijab adalah berkah yang merubahku menjadi aku yang lebih baik lagi.
***

"Perempuan itu pake kerudung, bukan pake topi!"

Masih teringat jelas ucapan Ibu setiap aku ingin berpergian dan repot mencari topi yang akan aku pakai. Saat itu, topi lah yang selalu menutupi kepalaku dari panasnya sinar matahari atau hanya sekedar untuk gaya-gayaan. Entah kenapa aku suka sekali memakai topi. Menurutku, topi bisa membuat siapa saja menjadi terlihat lebih keren. Termasuk aku. Huahaha... Tapi, saat itu pula Ibu memarahiku untuk mengganti topi itu dengan kerudung atau hijab.

Aku hanya tersenyum lalu tertawa kecil setiap terjebak dalam ocehan IbuDan topi itu tak mau lepas dari kepalaku. Kemudian aku pamit berlalu pergi menghilang dari pandangan Ibu..

Maafkan aku, Ibu!
Entah mengapa saat itu tak sedikitpun terbesit dalam benakku untuk mengenakan kerudung saat berpergian atau keluar rumah. Apalagi kalau ingat teman-temanku yang suka membully wanita berkerudung karena berbagai macam alasan. Kalau aku berkerudung, pasti aku akan menjadi salah satu korban bully-an mereka. Taulah anak jaman sekarang, salah dikit, mainnya langsung bully-an. Dan aku belum siap menghadapi itu. Lagi pula hatiku juga belum 'bener'.  Makanya, kerudungku cukup di sekolah saat hari jumat atau di hari-hari besar agama Islam aja.

Dan mungkin, aku akan berkerudung sungguhan setelah menikah nanti. Seperti kakak dan Ibuku yang memutuskan berkerudung setelah menikah dan punya anak.

Tapi, ternyata waktu mengubahku lebih cepat dari yang kubayangkan...
Ramadan 1433 H, menjadi saksi bisu awal segala perubahanku. Tepatnya di pertengahan Juli tahun 2012, aku memutuskan untuk berhijab.
Beberapa hari setelah teguran Ibu tentang topi yang aku kenakan, aku yang berstatus sebagai siswi kelas 2 salah satu SMK di Jakarta mendapat himbauan dari Pak Syahroni, yang dikenal sebagai guru agama islam di sekolahku untuk seluruh siswi muslim untuk mengenakan kerudung serta membawa Al-Qur'an untuk murotal setiap pagi selama bulan suci ramadan.

Sebagai siswi yang harus mentaati tata tertib sekolah, aku pun menuruti apa yang Pak Guru bilang. Membawa Al-Qur'an dan menggunakan kerudung dengan seragam serba panjang yang biasanya hanya aku kenakan saat hari Jum'at.

Setelah 3 hari masuk sekolah di bulan suci ramadan, ada perubahan yang begitu nyata aku rasakan. Aku merasa nyaman dengan kerudung yang selalu menutupi kepalaku. Juga keseharianku yang sekarang selalu menggunakan seragam serba panjang yang menutupi kaki dan tanganku.

"Gimana kalau kerudungnya diterusin aja? Gak hanya pas bulan ramadan, gak hanya saat di sekolah, tapi untuk di kenakan kapan dan di mana saja?!" Sebuah bisikan dari hati muncul begitu saja.

Kembali teringat ucapan Ibu yang selalu menasehatiku untuk berhijab. Katanya, menggunakan hijab adalah kewajiban sebagai seorang muslimah. Ah, ya.. Apa mungkin ini saat yang tepat untuk berhijab??

Ahh, tapi......

Apa pantas aku berhijab? Sholat aja masih disuruh sama Ibu.
Apa pantas aku berhijab? Baca Al-Qur'an aja masih belum bener.
Apa pantas aku berhijab? Saat dinasehatin aja masih suka marah-marah karena gak terima.
Apa pantas aku berhijab? Di dalam hati saja masih suka ada rasa iri dan sombong.
Apa pantas aku berhijab? Sedang larangan-larangan Allah masih sering aku lakukan. Dan perintahnya masih sering aku abaikan.

Apa pantas aku berhijab?

"Ahh, yaudah, sih.. Jalanin aja dulu. Gak usah mikirin ini itu!!" bisikan hati membela diri.

Dan akhirnya, hari itu aku memutuskan untuk berhijab. 

Waktu berlalu, Ibu tersenyum melihat kerudung yang sekarang selalu ada di kepalaku ketika aku hendak keluar rumah. "Alhamdulillah, anak Ibu udah mau pake kerudung." katanya. Berbagai nasehat pun mulai ia berikan lagi padaku agar aku tak salah melangkah dengan hijab yang kini menjadi pilihanku.

Setelah memutuskan berhijab, aku jadi semakin menyadari tentang agama Islam yang kupilih sebagai kepercayaanku. Keingintahuanku tentang agama menjadi semakin bertambah dan membuatku ingin mencaritahunya. Aku jadi semakin banyak membaca buku religi, motivasi-motivasi dan semua yang berbau agama. Tak tertinggal juga kitab suci Al Qur'an yang memang sebagai pedoman umat Islam.
Aku mulai sadar kalau hijab bukan hanya sebagai penutup kepala dan identitas sebagai seorang muslimah. Aku mulai sadar kenapa Allah memerintahkan wanita untuk berhijab. Aku mulai sadar keputusanku berhijab adalah benar. Dan semakin aku sadar, semakin pula aku tahu betapa buruknya aku tanpa hijabku.

Manusia memang tidak ada yang sempurna, namun bukan berarti kita harus selalu dalam keadaan yang salah, yaitu dalam keburukan. Dan Hijrah, itulah keputusan yang harus menjadi pilihan!

Hijab membawaku untuk hijrah. Bukan hanya soal menutup kepala, tapi juga semua yang ada dalam diriku. Perlahan, aku mulai  untuk memperbaiki semuanya. Meluruskan niatku karenaNya. Mengubah keburukan itu menjadi pribadi lebih baik dan lebih baik lagi. Dan yang paling penting adalah mengulurkan hijab dan menyempurnakan aurat

Ya, aku sadari hijabku belum terulur panjang, dan auratku masih belum tertutup seperti yang Allah perintahkan. Ampuni aku ya Robbi! :(
Tapi aku akan terus berusaha menjadi yang lebih baik lagi.

Niat adalah ujung tombak dari sebuah keberhasilan perubahan hidup.
Kita perlu tau, untuk siapa kita berhijab? Untuk siapa kita berhijrah?
Bukan demi seseorang, apalagi karena paksaan. Karena hanya dengan niat yang kita luruskan karenaNya, hijrah takkan menjadi sia-sia. Itu yang harus diteguhkan dalam kehidupan.

Hijabku memang berawal dari sebuah kebetulan tuntuan. Namun karena kesadaran dan niat yang telah diluruskan, maka semuanya akan terasa berlalu dengan indah.
"aku ingin menyempurnakan yang sebenarnya tidak bisa disempurnakan."
Tugasku saat ini adalah tetap memperbaiki diri.
Dan belajar mengulurkan hijab dan menutup aurat sesuai syariat. *uhuk!

Ehiya.. Beberapa waktu lalu aku menginginkan sebuah khimar. Dan 3 hari setelah itu, aku mendapat hadiah  khimar dari sebuah seminar yang aku datangi. Alhamdulillah, ya! Betapa bersyukurnya aku kala itu. Saat pertama kali menggunakan khimar itu, aku merasa begitu nyaman. Khimar yang terulur sesuai firman Allah dalam QS. Al-Ahzab:59.  Namun sayang, aku masih kurang percaya diri untuk menggunakannya lagi. Huaaaaaaa... Ampuni aku ya Robbi!
Kalian jangan sepertiku, ya! :3

Tapi Insha Allah, khimar itu yang nanti akan selalu menjadi teman baikku.


Terima kasih,
Semoga bisa menginspirasi ^,^
Wassalamuallaikum...


Postingan ini diikutsertakan dalam giveaway #DareToShare ~  http://www.unidzalika.com/2015/12/haruskah-saya-membuka-hijab.html

18 comments:

  1. Wanita yang memakai kerudung sesuai syariat, kecantikannya bertambah 25% kok ..
    Halah malah gombal .. hehe

    Semoga nyaman dengan hijabnya, dan semoga beruntung dengan GA nya ya .. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. JIahh, gombal. WKwkwk...
      Aamiin.. Terima kasih :)

      Delete
  2. Semoga istiqomah ya kak :)

    ReplyDelete
  3. subhanallah ,,, barokallahu fik ,,,

    ReplyDelete
  4. Halo kak. Aku sendiri berhijab pas kelas enam sd, awalnya ikut-ikutan, untungnya kelamaan sadar kalo emang hijab ini diharuskan. Hehehehe. Meskipun awalnya masih suka copot kalo main dulu. Oiya semoga beruntung yak! :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, ya. Sudah disadaran..
      Nah, mulai sekarang belajar jangan "bongkar pasang". Huahaha
      Aamiin.. Terima kasih :)

      Delete
  5. Sekiranya memakai kerudung bukan karena ingin terlihat trendi, ataupun maksud lain. Tapi sekiranya dengan niat yang baik, karena panggilan hati, panggilan jiwa. Berkerudung itu penting, apalagi untuk seorang wanita muslim :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. IYa, Ma. Alhamdulillah..
      Untuk laki-laki juga jangan lupa menutup aurat :p

      Delete
  6. Alhamdulillaah..., membaca ini rasanya saya ikut adem...
    Ramadhan 1433 menjadi awal yang meneduhkan ya, Mbak :)

    ReplyDelete
  7. hidayah lewat guru agama ya, mbak. alhamdulillah.
    semoga terus ada perubahan yang positif, saya juga, semoga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehhe, iyaa..
      Insha Allah, Pak Guru bisa memberi hidayah utk yang lainnya juga. :D

      Aamiin.. Terima kasih :)

      Delete
  8. Semoga terus istiqomah ya mba :D

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^