Yang Menyakitkan dari Kehilangan

Share:
Bunga terakhir kupersembahkan kepada yang terindah
sebagai suatu tanda cinta untuknya..........


Bunga terakhir, ada yang tau lagu ini? Kalau tidak salah ingat, lagu Bunga Terakhir ngehitz saat ada tragedi seorang ibu yang meracuni dirinya dan anak-anaknya hingga semuanya meninggalkan dunia karena problema ekonomi yang menimpa keluarganya. Konon katanya, sebelum Ibu dan anak-anaknya itu meninggal dunia, sang suami sempat memberikan bunga kepada Istrinya. Maka jadilah lagu ini hitz saat tragedi itu terjadi sebagai lambang kesedihan yang sangat mendalam.

Kalau kalian sering memerhatikan, lagu ini juga sering menjadi soundtrack yang biasanya diputar saat suasana duka dalam acara gosip yang makin digosok makin sip itu. Cailah, yang biasa nonton gosip tau aja, yak? Ehh, nganu....... :/

Menurutku, lagu ini memang  pas banget dinikmati saat kita tengah berduka kehilangan seseorang yang sangat kita cinta. Kalau dikhayati, lagu ini bisa membuat kita meneteskan air mata karena begitu mendalam.

Perihal kehilangan. Pada kenyataannya, kehilangan itu memang hal yang paling mengesalkan. Dan yang paling parah, kehilangan itu bisa menyakitkan. Kalau kata Kak Firman, kehilangan paling mengesalkan mungkin adalah kehilangan sepasang sandal di masjid sepulang salat. Alasannya kenapa tuh? Kalau menurutku sih ya, pasti itu sandal hadiah terakhir dari mantan pacarnya. Makanya jadi mengesalkan saat itu sandal hilang. Ditambah si mantannya itu udah nikah sama cowok lain. Ya kan gak mungkin kalau Kak Firman minta beliin sandal baru. Iya, kan?
Eh, ini cuma perkiraan aku aja, loh. Jangan kasih tau Kak Firmannya, ya! *kasih uang serebu buat tutup mulut*

Kalau aku pribadi, kehilangan yang sangat mengesalkan bagiku adalah kehilangan uang di saku baju. Padahal saat itu lagi di depan kasir ganteng, Mas-mas Indomaret. Pas ngambil uang mau bayar belanjaan, ternyata uangnya gak ada. Trus gimana? MALU LAH!!! Pasti itu Mas-masnya mikir kalau aku gak punya uang tapi sok-sok-an belanja.  Adek sedih banget, Bang! :(

Lalu apa kehilangan yang paling menyakitkan?
Kehilangan yang menyakitkan bagiku adalah kehilangan yang terjadi berulang kali.
Apa yang kamu rasakan ketika kehilangan? Pasti sungguh menyakitkan hati. Lalu bagaimana jika kehilangan itu terjadi berulang kali? Rasanya seperti sebuah luka yang belum sembuh tersiram air garam. Sungguh perih dan sakit rasanya.

Aku ingat, waktu itu tahun 2000 silam. Keluargaku mendapat kebahagiaan dari kelahiran seorang anak pertama dari kakak pertamaku dengan suaminya. Jenis kelamin anak itu adalah Laki-laki. Dia adalah cucu sekaligus keponakan pertama yang hadir dalam keluarga kami. Kami memberikan nama untuknya Muhammad Rafi dengan panggilan kecil Amed.

Namun sayang, beberapa bulan setelah kelahirannya, ia mengalami step atau kejang-kejang yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit.

Setelah kejadian itu, Amed sering mengalami sakit dan kejang-kejang yang membuatnya harus keluar-masuk rumah sakit untuk menjalani rawat inap. Ya, dia harus mendapat perawatan dokter dan tidak bisa lepas dari obat-obatan. Bagaimana perasaan kami? Sungguh menyayat hati. Betapa berat ujian yang harus diterimanya. Terlebih usianya yang masih bayi, tentu menjadi kesedihan yang mendalam kami.

Selama 1 tahun lebih dia harus hidup dengan penyakitnya. Tubuhnya tidak tumbuh seperti layaknya anak balita biasa. Ya, memang ada kelainan dalam dirinya. Tubuhnya kurus. Kaki yang seharusnya sudah bisa berjalan ternyata tidak kuat membawanya melangkah.
Dokter mendiagnosanya terserang penyakit Radang Otak.

Percayalah, siapapun tak akan tega melihat keadaannya. Terlebih Ayah, Bunda dan keluarganya.

Hingga waktu memasuki hampir tahun ke-3, sakit itu belum pergi dari tubuhnya. Dengan segala pertimbangan, akhirnya kami memutuskan agar Amed tidak lagi menjalani rawat inap di rumah sakit. Kami memilih untuk merawatnya di rumah ketika sakit itu kambuh dengan bantuan seorang bidan dan oksigen untuk membantu pernapasannya. Namun masih dengan bantuan obat dari rumah sakit. 

Kami terus berusaha untuk kesembuhannya, namun tidak mau menyiksanya dengan tusukan jarum suntik yang selalu menembus kulitnya saat ia di rumah sakit.

Kami berjuang, dia pun berjuang. Tidak ada yang kami harapkan selain kesembuhan dan kesehatannya. Tapi takdir berkata lain. Pertengahan 2003, aku ingat waktu itu pukul 2 dini hari. Di dalam kamar  dan masih dalam bantuan selang oksigen, Amed menghembuskan nafas terakhirnya.

Duka benar-benar menyelimuti. Kami kehilangan sosok anak laki-laki yang seharusnya menjadi cucu dan keponakan  pertama yang bisa membanggakan keluarganya. Tapi kami meyakini bahwa inilah yang terbaik. Setidaknya dia pasti bahagia di alam sana, hidup kekal tanpa merasakan penderitaan yang ia rasakan selama di dunia.  Ya, kami harus mengikhlaskannya.

Waktu berlalu. Kepergian Amed masih menjadi kehilangan yang sangat mendalam. Ya, hati siapa yang tidak sedih jika mengingat seorang anak laki-laki yang diidamkan harus melewati hidupnya dengan penyakit Radang Otak hingga pada akhirnya harus kembali pada sang pencipta sebelum bisa berbicara, berjalan, atau bahkan memeluk Ayah, Bunda dan Keluarganys dengan punuh kasih sayang. Tapi kami sadar, tidak seharusnya meratapi yang sudah terjadi. Terlebih sudah ada Putra, adik Amed yang dilahirkan kakakku beberapa bulan sebelum kepergian Amed. Dan calon bayi yang sekarang ada di rahim kakakku. Alhamdulillah..

Kehamilan anak ketiga ini memberi kebahagiaan tersendiri bagi kami.

Namun sayang, takdir berkehendak lain. Menginjak sekitar 5 bulan usia kandungannya, kakakku mengalami kedinginan atau biasanya disebut dengan meriang. Dan beberapa hari setelah itu, seorang bidan yang memeriksa kakakku memberitahukan kalau janin yang ada di dalam kandungannya sudah tidak bernyawa.

Deg......... Tiba-tiba awan menghitam....

Setelah mendengar penjelasan bidan, Kakakku memutuskan untuk datang ke Rumah Sakit Ibu dan Anak untuk pemeriksaan lebih lanjut. Ya, kami seperti tidak percaya dengan apa yang dikatakan bidan itu. Kakakku merasa baik-baik saja dengan diri dan kandungannya. Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi?

Beberapa menit pemeriksaan dokter, ternyata bidan itu benar. Dokter mengatakan janin yang ada di dalam kandungan kakakku sudah tidak bernyawa sejak 7 jam yang lalu.
"Innalillahi wainnailaihirojiun"

Hari itu juga, dokter menganjurkan untuk segera mengambil tindakan mengeluarkan janin itu dari rahim kakakku. Dokter memberikan obat yang membuat kakakku mengeluarkan janin itu dengan cara melahirkan normal. Kakakku melahirkan anak keempatnya dengan kondisi bayi yang sangat mungil tak bernyawa.

Ya, Kami Harus Kehilangan Lagi.........

Luka masih belum sembuh setelah kehilangan keponakan pertamaku, dan sekarang, kami harus menghadapi kenyataan harus kehilangan anak ketiga kakakku. Seperti kenyataan yang sulit diterima.

Ikhlas.. Tapi kami harus mengikhlaskannya...
Setelah kehilangan anak pertama dan anak ketiganya, kakakku seperti mengalami trauma. Ya, rasanya ia tidak mau punya anak lagi.

Sakit memang jika mengingat sebuah kehilangan. Terlebih itu adalah buah hati yang menjadi dambaan. Namun kami dan terutama kakak tetap tegar menghadapinya.

Beberapa tahun setelah itu, akhirnya berani memutuskan untuk punya anak lagi.

Juli 2010, seorang anak perempuan lahir dengan keadaan sempurna dan sehat wal afiat. 
Betapa bersyukurnya kami. Allah mengobati kehilangan itu dengan memberikan seorang bayi perempuan yang lucu.  Kami memberikan nama untuknya Sofiyyah dengan nama panggilan Fifi. Anak ke-4 yang lahir dari rahim kakakku.

Alhamdulillah, anak itu  tumbuh dengan sehat dan cerdas sesuai Ayah dan Bundanya inginkan. Belum menginjak 1 tahun ia sudah bisa merangkak dan berdiri. Fifi menjadi balita yang aktif. Dan sudah mulai bisa memanggil ayah dan bundanya.

Tawanya, tangisnya seperti menjadi pelipur lara akan kehilangan yang sudah-sudah...

Namun, ketika menginjak usia 1 tahun, Fifi mengalami sakit batuk dan pilek. Penyakit ini memang biasa menyerang anak kecil. Tapi karena masih menyimpan trauma atas sakit yang pernah diderita anak pertamanya, kakakku segera membawa Fifi ke dokter anak.

Setelah beberapa hari minum obat, ternyata tidak ada perubahan dalam tubuh Fifi, Hingga akhirnya dokter menyarankan agar membawanya ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.. 

Rumah sakit TNI AU yang berada tidak jauh dari rumah menjadi pilihan kakakku. Di sana, dokter menyarankan Fifi agar di rawat inap. Namun beberapa hari pengobatan di sana, kesehatannya masih belum ada perubahan.  Dokter pun menyarankan agar Fifi dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar.

Dengan penuh harapan untuk kesembuhannya,  Kakak pun membawa Fifi ke rumah sakit yang lebih besar. Di sana Fifi mendapat perawatan yang lebih intensif dengan perlengkapan yang serba ada.
Alhamdulillah.  Hari berlalu, keadaannya mulai membaik.

Tapi Rabu siang, 26 Oktober 2011. Kakak mengabarkan kalau Fifi mengalami sesak nafas dan mengharuskannya dipindah ke ruang ICU.

Kami cemas.. Semua cemas... Akankah yang lalu akan terulang lagi? Ya Allah, sehatkan dia. Sembuhkanlah dia. Angkatlah semua penyakitnya!

Jam 3 sore, aku menanyakan kembali bagaimana keadaan Fifi. Dan kakakku bilang, keadaannya sudah mulai membaik. Alhamdulillah... Hatiku mulai tenang..

Tapi  ketika menjelang pukul 4 sore, keadaan Fifi kembali memburuk. Saat itu, tidak ada yang bisa kami lakukan selain bedoa segala yang terbaik untuknya. Aku ingat, disaat-saat Fifi sedang dalam keadaan kritis, dengan isak tangis kakak membisik di telinganya. "Bunda ikhlas kalau memang Fifi mau pergi."

Beberapa menit setelah itu, dashboard pendeteksi pergerakan detak jantung bergaris lurus..

"Innalillahi wainnailaihirojiun"

Sebelum senja, Fifi kembali pada sang pencipta.
Diagnosa terakhir yang dokter katakan adalah ia menginap radang paru-paru dan terdapat infeksi di bagian otaknya. Padahal, yang kami tau dia hanya sakit batuk dan pilek.

Semudahkah ini? Secepatkah ini kami harus kehilangan lagi...? Bahkan luka kehilangan yang lalu masih belum sembuh.

Senja yang berakhir duka.
Tepat ketika langit memerah, jenazah tiba di rumah.
Seorang anak kecil yang rasanya baru kemarin hadir meramaikan kesepian di rumah  kini  sudah tak bernyawa terbaring di ruang tamu. Kulitnya yang kuning langsat kini mulai memucat. Dan kain putih yang sekarang menjadi baju terakhirnya membalut butuh mungil Fifi.

Wajahnya masih sama menggemaskan seperti saat sebelum ia sakit. Dan bibirnya, melengkungkan senyuman seolah memberitahu siapapun untuk tidak menangisi kepergiannya.

"Seandainya dia bisa hidup kembali....." 
Itulah yang ada dibenak aku dan keluargaku kala itu. Sungguh nyata sakit dari sebuah kehilangan.

Dan sekarang, apa yang paling menyakitkan dari kehilangan? 
Bagiku, ialah kehilangan yang berulang. Kehilangan 3 keponakan dari seorang kakak adalah hal nyata yang begitu menyakitkan. Dan waktu takkan pernah membawanya kembali di sini.

Soffiyah, kembali pada sang pencipta ketika usianya menginjak 1 tahun 3 bulan

"Sesungguhnya yang menjadi milikNya akan kembali padaNya"

Pada dasarnya aku meyakini bahwa apa yang menjadi milikNya pasti akan kembali padaNya.
Anak adalah titipan Allah. Dan Ia bebas mengambilnya kapan pun yang Ia mau. Semuanya telah ditetapkan olehNya. Namun tetap saja, kehilangan menjadi hal yang paling menyakitkan. Terlebih jika itu terjadi berulang kali.

Tapi bagaimana pun juga, mengikhlaskan adalah jalan terbaik dari sebuah kehilangan. Dan doa-doalah yang bisa menjadi pengobat dari kehilangan itu. Bukan dengan tangisan, bukan dengan semua kenangan dan bukan berandai-andai dia bisa hidup kembali.

Lagipula, seorang ust pernah berceramah kalau anak yang meninggal saat belum baliqh (masih suci) akan menjadi bekal "tabungan" untuk kedua orangtuanya di akhirat nanti...

Lalu sekarang apalagi yang menyakitkan dari kehilangan?
Ditinggalin pacar pas lagi sayang-sayangnya? Iya, pasti itu jadi kehilangan yang nyata. Tapi percayalah, kehilangan kasih sayang karena digantung sama pacar itu lebih menyakitkan. :(

Eh, Woy!! Move On, Woy!!!

31 comments:

  1. yang atas bikin sedih, eh yang bawah bikin ngakak. Tapi percayalah, kehilangan kasih sayang karena digantung sama pacar itu lebih menyakitkan. :(
    hem pengalaman memang tidak akan pernah bohong.

    ReplyDelete
  2. Alah paling kak firman itu sedih bukan karna kehilangan sandalnya tapi kehilangan mantannya yang udah sama orang lain .. Hahaha

    Innalillahi Wa innalillahi Roji'un ... kehilangan 3 keponakan, sedih banget deh .. hmmm yang sabar aja ya .. Bingung sendiri mo ngasih comment buat negarin orang .. hmmm

    Kalo aku kehilangan yang paling menyakitkan sih, kehilangan laptop beserta data2nya yang sangat penting banget .. :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Kayaknya bener begitu. Wkwkwk..........
      Terima kasih, insha allah sudah tegar..

      Kehilangan laptop? Duh, lain kali hati-hati, Bang! Yang paling disesali pasti karena datanya, ya.. Hmmmmmmm

      Delete
  3. Innalillahi wainnailaihirojiun, tiga keponakan mba Nur engggak hilang kok, tapi dipanggil Allah untuk menjadi bidadari di surga. Aamiin. :)

    Perihal cinta yang digantung, sakitnya cuma sebentar kok. Karena setelah digantung, nyawa yang terkandung dalam cinta yang sedang kita rasa akan hilang seketika. :') *apasih*

    Salam kenal, mba. :)
    Penjaja Kata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin... Insha Allah mereka sudah menjadi penghuni surga yang paling bahagia. :)

      Perihal cinta? Nganu.... Iya, udah hilang kok rasa sakitnya. Semacam sudah terbiasa juga. Huahaha

      Salam kenal kembali. :)

      Delete
  4. Sang kakak pasti orang yang sabar dan kuat ya dikasih cobaan seperti itu, jangan berhenti support :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah...
      Insha Allah aku dan keluarga akan men-support terus :)

      Delete
  5. Karena anak adalah hak Allah, itu yang aku pegang saat aku keguguran calon anakku. Dan nayawa adalah sepenuhnya milik Allah, Dia berhak ambil kapan saja tanpa syarat apapun. Insyaallah nanti dapat pengganti anak yang sehat ya Nui, kakaknya. Kamu juga nanti selalu diberkahi anak yg sehat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Benar, Mba Ayu..
      Aminn ya Allah...

      Semoga kehamilan Mba Ayu ini baik-baik saja sampai si baby lahir dengan sehat dan sempurna :)
      Aamiin...

      Delete
  6. Ah ndak bisa bayangin gimana rasanya sampai kehilangan 3kali Mbak.

    Saya kehilangan sekali aja udah bikin trauma, tapi alhamdulillah sudah di ganti sama Allah. Sekarang sudah umur 3 tahun :).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehhe.. Kalau dibayangin, sakit bukan main rasanya...

      Wah, selamat ya,Mbak..

      Alhamdulillah, anak kedua dr kakakku skrng sdh berusia 12...

      Delete
  7. aduh mungkin kalau aku sudha stres akli ya, betapa kehilangan yang treus menerus membutuhkan kekuatan yg besar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehheh.. Benar, Mba..
      Harus tegar dan dan ikhlas..

      Delete
  8. Yang tabah ya mbak atas kehilangan 3 keponakannya :')
    Seperti yg mbak tulis "Sesungguhnya yang menjadi milikNya akan kembali padaNya"

    ReplyDelete
  9. Plis deh, Nuy. Guyonanmu yang di akhir itu nggak lantas bikin aku tertawa. Wes kadung nangis ikiiiiii T.T

    ReplyDelete
  10. "Sesungguhnya yang menjadi milik_nya akan kembali pada-Nya. salam kenal Mbak,

    ReplyDelete
  11. Dedek-dedeknya jadi tabungan buat di akhirat.

    Namannya juga kehilangan. BTW saya juga nulis hal tentang kehilangan juga, minggu lalu.. *sekalian

    ReplyDelete
  12. Wah ini yang menang Giveaway Kehilangan yah? Emang pantes menang sih :-) Selamat ya....

    ReplyDelete
  13. Kehilangan adalah sebuah pertemuan, bertemu dengan ikhlas.

    Wahyu Budi Argo
    Sastrawan

    ReplyDelete
  14. kehilangan bukan hanya memberikan rasa sakit atau sedih, tapi juga memberikan kesempatan ppada kebahagiaan yang tertunda untuk muncul kepermukaan #ehinigimana haha
    duh, aku gak bisa berkomentar panjang lebar kalau ttg anak kecil XD. sampai sekarang masih menyimpan duka dan penyesalan.
    Salam buat kakak, ya nuy. keep fighting!

    ReplyDelete
  15. Udah terlanjur sedih baca cerita kehilangan ponakan eh ditutup dengan ditinggal pas lagi sayang-sayangnya 😂

    Semoga kelak nanti ponakan selanjutnya sehat tumbuh dewasa dan bisa liat Nuy nikah *lhaa

    ReplyDelete
  16. Jadi turut berduka cita, sedih.

    ReplyDelete
  17. ya Allah sedih banget... sampe nangis,
    tapi makasih udah bikin senyum pas baca akhirnya.. 😂

    ReplyDelete
  18. Pasti berat. Saya juga sebulan lalu ibu mertua sudah ngga ada. Berasa juga kehilangan

    Dan keluarga kalian harus 3 kali mengalami itu.

    Saya hanya bisa berdoa semoga diberi kesabaran dan kekuatan untuk kekuarga yang ditinggalkan.

    ReplyDelete
  19. ya, kehilangan selalu saja menyisakan duka

    ReplyDelete
  20. Sedih bacanya. Hikss...
    Semoga yang kehilangan diberi kesabaran dalam menanti 'tabungan'nya kelak di akhirat. Aamiin

    ReplyDelete
  21. Semoga keluarga selalu diberi ketabahan dan kekuatan ya.

    ReplyDelete
  22. Sedih kali mbak, saya jadi ingat dengan ibu saya. Kakak saya meninggal jam 12 malam, jadi sebelum kelahiran saya, ibu saya selalu menangis pada pukul 12 malam.

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^