Jaga Hati atau Mulut dulu? Draft postingan ini sebenarnya sudah bersemayam bertahun-tahun lalu sejak Ibu masih ada di dunia. Tapi ntah gimana ceritanya aku juga bingung, post ini malah baru dipublish sekarang. Tapi gapapalah, ya. Semoga pesan-pesannya masih nyangkut gitu.
Semua berawal dari sebuah artikel singkat yang dibagikan di salah satu grup Whats App yang aku ikuti. Sore itu, otakku bekerja lumayan keras memikirkan jawaban dari sebuah pertanyaan yang ada dalam artikel yang dibagikan.
Semua berawal dari sebuah artikel singkat yang dibagikan di salah satu grup Whats App yang aku ikuti. Sore itu, otakku bekerja lumayan keras memikirkan jawaban dari sebuah pertanyaan yang ada dalam artikel yang dibagikan.
"Jaga hati atau mulut dulu?" Yap, kira-kira begitu pertanyaannya.
Tau kan maksudnya jaga hati tuh gimana? Ya macem jaga perasaan jangan baper, jangan suka iri-iri, jangan gampang sakit hati, dan semacamnya. Kalau jaga mulut, itu maksudnya jaga lisan atau ucapan yang keluar dari mulut kita.
Dalam hadist, dikatakan bahwa Allah memerintahkan umatnya untuk menjaga hatinya
agar tidak mudah tersinggung dan menjaga mulutnya, tata bicaranya, agar lisan
atau kata-kata yang dikeluarkan dari mulutnya tidak menyakiti atau menyakitkan orang lain.
Menjaga hati dan lisan, keduanya adalah perkara yang sangat
penting. Tapi, jika ditanya lebih utama Jaga hati atau lisan dulu, kira-kira apa jawaban yang tepat apa, ya?
Buat aku pribadi, pertanyaan ini cukup sulit. Ya gimana enggak, keduanya adalah hal yang wajib dilaksanakan. Menjaga hati itu penting. Kalau hati gak dijaga, pasti mudah
tersinggung. dikit-dikit sedih, trus galau, timbul bermacam penyakit hingga
akhirnya bisa stres. Gak sedikit lho manusia yang terkena penyakit-penyakit parah itu awalnya dari sakit hati yang berujung stres atau banyak pikiran yang meyebabkan gangguan pada organ tubuh.
Mbak-mbak psikolog yang aku kenal juga berkata demikian. Sakit yang kita alami itu lebih banyak dipengaruhi oleh pikiran. Nah, apa yang kita pikirkan ini biasanya terpusat dari kondisi hati kita yang suka gajelas gitu.
Mbak-mbak psikolog yang aku kenal juga berkata demikian. Sakit yang kita alami itu lebih banyak dipengaruhi oleh pikiran. Nah, apa yang kita pikirkan ini biasanya terpusat dari kondisi hati kita yang suka gajelas gitu.
Pun dengan menjaga lisan. Kalau lisan gak dijaga, bisa
banyak orang yang sakit hati dengan ucapan kita. Hingga pada akhirnya timbul rasa benci dan
memutuskan silaturahmi. Ini bahaya, kan?
Karena lisan yang tidak dijaga, bisa jadi orang-orang akan menjauhi kita dan enggan bersilaturahim lagi karena merasa mulut atau ucapan kita seringkali menyakitkan.
Karena lisan yang tidak dijaga, bisa jadi orang-orang akan menjauhi kita dan enggan bersilaturahim lagi karena merasa mulut atau ucapan kita seringkali menyakitkan.
Ditengah tanda tanya itu, iseng-iseng aku coba tanya sama ibu.
"Bu, lebih dulu jaga hati atau mulut, ya?"
Dan dengan santai Ibu menjawab, "Kalau Ibu sih lebih
utama jaga mulut. Kalau perkataan kita gak dijaga bisa menyakiti orang lain,
trus orangnya gak bisa atau susah maafin kita kan ya repot. Bisa timbul dendan dan lainnya. Dosa tuh..... Kalau soal hati, mungkin bisa di nomor 2 kan. insha Allah selalu dijaga sama Allah supaya
gak gampang sakit hati dan bisa memaafkan kesalahan orang lain."
*kemudian hening.....
Mendengar jawaban Ibu,
aku jadi makin mikir.
Bener juga sih. Urusan hati sendiri Insha Allah bisa kita
kendalikan. Tapi kalau perihal bikin sakit hati orang itu urusannya lebih
berat. Apalagi kalau sampai ajal sudah menjemput. Roh gak akan tenang kalau
masih ada yang membencimu. Kita gak pernah tau kan gimana perasaan orang dan tingkat kesabaran seseorang, terlebih
kalau urusan merasa disakiti. Walau ucapan yang kita maksud baik, tapi jika dia tidak bisa menerima atau salah paham, pasti jadinya malah menyakikan.
Setelah melakukan beberapa pertimbangan dan pemikiran yang lumayan panjang, akhirnya aku menemukan jawabannya dan memutuskan bahwa menjaga hati itu penting, tapi lebih penting lagi menjaga mulut. Karena lisan atau ucapan yang keluar dari mulut kita bukan "dikonsumsi sendiri", tapi akan melibatkan oranglain karena bisa didengar dan dirasakan olehnya.
Jadi, kalau menurutku sih, ucapkan yang baik-baik aja dan jangan sampai menyinggung perasaan orang yang mendengarnya. Sekalipun ucapan itu mengkritik atau memberi saran dan masukan, kita harus mengucapkan dengan sebaik-baiknya.
Setelah menjaga lisan, sisanya tinggal menjaga hati agar tidak tercemar dengan hal-hal yang negatif. Jika hati dan lisan terpelihara, insha allah hidup jadi lebih bahagia.
Jadi, kalau menurutku sih, ucapkan yang baik-baik aja dan jangan sampai menyinggung perasaan orang yang mendengarnya. Sekalipun ucapan itu mengkritik atau memberi saran dan masukan, kita harus mengucapkan dengan sebaik-baiknya.
Setelah menjaga lisan, sisanya tinggal menjaga hati agar tidak tercemar dengan hal-hal yang negatif. Jika hati dan lisan terpelihara, insha allah hidup jadi lebih bahagia.
Nah, kalau kamu gimana? Jaga hati atau mulut dulu nih?
Jaga hatimu maka mulutmu akan terjaga
ReplyDeleteBisa juga nih, Kak. Yang penting bener-bener dijaga biar gak sampe nyiksa diri
Deleteiya emang keduanya harus dijaga, ya.. mau itu duluan aman yang harus dijaga, keduanya sama-sama penting, ukhti. uhuk uhuk.
ReplyDeleteJadi, abang tidak bisa memilih nih mana yang harus didahulukan? Maunya tetep keduanya?
DeleteDua-duanya aja sih kalau saya. Sama kayak mbak dian hendrianti.
ReplyDelete