18 Januari Dalam Renunganku

Share:
18 Januari 2020. Aku kembali memikirkan jalan mana yang akan kupilih dalam hidupku. Aku sangat-sangat berterima kasih pada beberapa film yang menginspirasi semangatku dalam 1 bulan terakhir ini. Ya, hal-hal baru memang tak selamanya menyusahkanmu karena sebuah ketidakbiasaan dari kita. Tapi, hal baru juga kadang malah punya andil besar dalam mengubah hidupmu untuk jadi lebih baik. Ohiya. Sebelumnya terima kasih kalian yang merekomendasikan beberapa film yang ternyata mampu memengaruhi semangat hidupku!


Hari ini di Pandeglang-Banten. Aku dan keluarga besar mengantar bapak dari rumah Jakarta menuju rumah nenek yang sekarang seperti rumah tetap Bapak. Ya, setelah hampir setahun lalu menetap di Pandeglang, akhir Desember kemarin kami mengajak Bapak ke Jakarta (lagi) untuk mampir melihat rumah Baru kakak, sekaligus Quality Time agar Bapak bisa mengistirahatkan diri dari aktivitas di Kampung -yang menurut kami sangat melelahkan-
Ya, Dan hari, kami mengantar Bapak kembali ke rumah nenek -kedua orangtuanya- atas permintaan Bapak juga karena memikirkan sawah dan nenek yang kesehatannya perlu diperhatikan.

Sebuah keanehan yang kurasakan hari ini, selama perjalanan Jakarta - Rumah nenek, aku sama sekali tidak tidur. Padahal, saat masuk jalan tol biasanya aku sudah terlelap tidur. Bukan karena sekedar ngantuk, tidur adalah sebuah tuntutan agar aku gak "rewel" di jalan, alias mabok. Ya, aku paling lemah kalo naik mobil. Bikin pusing yang bisa mengakibatkan muntah. Ya, semoga ini adalah awal dari aku jadi lebih dalam perjalanan di dalam mobil.

Malam ini pukul 20.54 dengan mata yang masih segar tanpa tidur siang, aku duduk di samping rumah sambil menikmati lagu Donna-Donna -yang di nyanyikan Sita Nursanti- dengan sebuah earphone yang terpasang di telingaku. Aku suka sekali suasana malam ini. Dingin, sepi dan suara-suara binatang diantara pepohonan begitu terdengar syahdu dalam kesunyian. 

Dari film Gie yang baru saja aku tonton, aku jadi tau bahwa lagu ini lagu kesukaan Gie. Sejak menonton film itu, aku jadi sering memutar lagunya beberapa kali, sebuah tanda aku pun juga menyukainya.

Setelah selesai menonton film Gie, aku memang semakin ingin membenahi hidupku. Tentu, berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Tidak menerima begitu saja hal-hal tidak yang tidak kita inginkan yang sebenarnya masih bisa kita ubah. Aku pun diingatkan lagi, tentang keinginanku meninggalkan Jakarta untuk menyusun hidup baru di luar kota. Yogyakarta? Semarang? Surabaya? Atau bagaimana kalau di Pandeglang saja, bersama Bapak?

Sebelum isya tadi, aku juga sempat keluar rumah melalui pintu belakang untuk membeli Cimol yang penjualnya tepat di belakang rumah. Di belakang rumah, memang ada gubuk dan kandang kambing milik mamang. Lepas itu, tidak ada rumah warga lagi. Hanya pepohonan rindang dan jalan menuju "hutan", sawah dan sungai. Saat keluar rumah, tercium bau basah dan suasana alam persis seperti yang aku suka. Tidak seperti di Jakarta. Ya, sepertinya sekarang aku memang butuh suasana ini. Menenangkan. 

Apalagi tadi, ketika ikut Bapak ke Sawah saat sore menjelang magrib. Matahari bersinar persis seperti aku harapkan. Walau bikin berkeringat berlebih, tapi aku senang karena cahayanya begitu menyinari. Semakin terpikir untuk menjadi "Gadis Desa" saat aku berjalan diantara sawah yang baru ditanami padi diantara kuningnya cahaya sore ini.

Masa-masa terberat di Tahun 2019, aku memang terpikir untuk pindah dan tinggal bersama Bapak di Pandeglang. Hitung-hitung latihan dulu jadi "anak kampung" dengan segala yang tidak bisa kunikmati seperti di Jakarta. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya di sini masih kurang cocok untukku yang merasa anak "Millenial". Berat! Karena jaringan internet lebih sering pergi dan menghilang begitu saja.

Pukul 21.35, aku sudah masuk dalam kamar untuk bersiap mengistirahatkan diri, walau sebenarnya masih belum ngantuk. Ah, iya. Masih jadi misteri hal apa yang membuatku jadi sulit tidur begini. Terpaksa masuk kamar karena yang lain sudah dalam alam mimpinya.

Malam ini, masih dengan earphone yang menempel di telingaku, aku tersadar lagi. Sebelum menentukan kota mana yang tepat yang akan menjadi pilihanku "hijrah", aku harus fokus memperbaiki yang sekarang dulu. Menyelesaikan masalah-masalah yang masih ada, agar lebih mudah meraih mimpi dan harapan itu.

Bukan. Bukan aku tidak bersyukur dengan kehidupanku dan apa yang aku miliki sekarang. Hanya saja, aku merasa butuh perubahan. Yha, semua demi hidup yang lebih baik. Memperbaiki diri dengan dengan jalan yang harus kupilih sendiri. Tapi kuharus ingat, Tidak boleh terburu-buru oleh hawa nafsu! Ya, semua ada prosesnya. Tapi aku harap, prosesnya akan mudah dan lebih cepat!

Menutup postingan ini, 18 Januari 2020 dalam renunganku, aku masih merindukanmu. Ntahlah. Dalam beberapa hari ini aku memikirkanmu lebih dari biasanya. Aku harap kau baik, dan selalu dalam lindungan-Nya. 

Ohiya. Aku mem-publish postingan ini hari Minggu, 19 Januari 2020. Seperti yang aku bilang, di Rumah Nenek susah sinyal, dan sekarang aku baru berhasil mempublish postingan ini dalam perjalanan menuju Jakarta. 

2 comments:

  1. Semangat mba... masalah2 yang muncul katanya akan membuat kita semakit setrong menjalani hiup.

    Kehidupan di kampung enak tuh, udara bersihdan gak bising :)

    ReplyDelete
  2. Ya ampun, Donna-Donna ini lagu lama apa baru, Nuy? Aku bahkan baru tau ada penyanyi namanya Sita Nursanti dari tulisan ini. Aku selama ini ke mana aja ya

    Btw Nuy, kalau mau hijrah ke luar Jakarta, aku sarankan ke mana aja asal jangan ke Jogja dan sekitarnya deh. Wkwkwk

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya.
Jangan lupa tinggalkan komentarmu, ya..
Tiada kesan tanpa komentar yang kau tinggalkan. ^,^